Mari Cerdaskan generasi muda Papua Indonesia
Karena Generasi muda adalah tiang utama kemajuan. Kekuatan sebuah masyarakat bisa dilihat dari para Generasi Mudanya, karena pemuda adalah yang menunjukkan bahwa masyarakat itu sehat dan mampu untuk melangkah dengan serius dan ketekunan
100% WE LOVE INDONESIA
Banyak pujian dan kekaguman Budaya dan alammu, Kamu dan aku sama – sama cinta Cinta padamu Papuaku. Tiada yang lebih membanggakan jiwa Hanyalah Papuaku Senyuman tulus dan penuh cinta Sungguh menyentuh sanubari oohh
Kamis, 29 Mei 2014
Rabu, 21 Mei 2014
ASAL MULA BURUNG CENDRAWASIH
Burung Cendrawasih
Di daerah Fak-fak tepatnya, pegunungan Bumberi hiduplah seorang perempuan tua bersama seekor anjing betina. Perempuan tua bersama anjing itu mendapatkan makanan dari hutan berupa buah-buahan dan kuskus. Hutan adalah ibu mereka yang menyediakan makanan untuk hidup. Mereka berdua hidup bebas dan bahagia di alam.
Suatu ketika, seperti biasanya mereka berdua ke hutan untuk mencari makan. Perjalanan yang cukup memakan waktu belum juga mendapatkan makanan. Anjing itu merasa lelah karena kehabisan tenaga. Pada keadaan yang demikian tibalah mereka berdua pada suatu tempat yang ditumbuhi pohon pandan yang penuh dengan buah. Perempuan tua itu serta merta memungut buah itu dan menyuguhkannya kepada anjing betina yang sedang kelaparan. Dengan senang hati, anjing betina itu melahap suguhan segar itu. Anjing betina itu merasa segar dan kenyang.
Buah Merah (sejenis pandan) dari Papua.
Namun, anjing itu mulai merasakan hal-hal aneh di perutnya. Perut anjing itu mulai membesar. Perempuan tua itu memastikan bahwa, ternyata sahabatnya (anjing betina) itu hamil. Tidak lama kemudian lahirlah seekor anak anjing. Melihat keanehan itu, si perempuan tua itu segera memungut buah pandan untuk dimakannya, lalu mengalami hal yang sama dengan yang dialami oleh sahabatnya. Perempuan tua itu melahirkan seorang anak laki-laki. Keduanya lalu memelihara mereka masing-masing dengan penuh kasih sayang. Anak laki-laki diberi nama: Kweiya.
Setelah Kweiya menjadi besar dan dewasa, dia mulai membuka hutan dan membuat kebun untuk menanam makanan dan sayuran. Alat yang dipakai untuk menebang pohon hanyalah sebuah pahat (bentuk kapak batu). Karenannya, Kweiya hanya dapat menebang satu pohon setiap harinya. Ibunya ikut membantu dengan membakar daun-daun dari pohon yang telah rebah untuk membersihkan tempat itu sehingga asap tebal mengepul ke langit. Setiap kali, hutan lebat itu dihiasi dengan kepulan asap tebal yang membumbung tinggi. Keduanya tidak menyadari bahwa mereka telah menarik perhatian orang dengan mengadakan kepulan asap itu.
Konon ada seorang pria tua yang sedang mengail di tengah laut terpaku melihat suatu tiang asap yang mengepul tinggi ke langit seolah-olah menghubungi hutan belantara dengan langit. Dia tertegun memikirkan bagaimana dan siapakah gerangan pembuat asap misterius itu. Karena perasaan ingin tahu mendorongnya untuk pergi mencari tempat di mana asap itu terjadi. Lalu ia pun segera menyiapkan diri dengan bekal secukupnya dan dengan bersenjatakan sebuah kapak besi, ia pun segera berangkat. Pria itu berangkat bersama seekor kuskus yang dipeliharanya sejak lama. Perjalanannya ternyata cukup memakan waktu. Setelah seminggu berjalan kaki, akhirnya ia mencapai tempat di mana asap itu terjadi.
Kuskus beruang (Ailurops ursinus)
merupakan kuskus terbesar (gambar: wikipedia)
Setibannya di tempat itu, ternyata yang ditemui adalah seorang pria tampan membanting tulang menebang pohon di bawah terik panas matahari dengan menggunakan sebuah kapak batu berbentuk pahat. Melihat itu, ia menghampiri lalu memberi salam: “weing weinggiha pohi” (artinya selamat siang) sambil memberikan kapak besi kepada Kweiya untuk menebang pohon-pohon di hutan rimba itu. Sejak itu pohon-pohonpun berjatuhan bertubi-tubi. Ibu Kweiya yang beristerahat di pondoknya menjadi heran. Ia menanyakan hal itu kepada Kweiya, dengan alat apa ia menebang pohon itu sehingga dapat rebah dengan begitu cepat.
Kweiya nampaknya ingin merahasiakan tamu baru yang datang itu. Kemudian ia menjawab bahwa kebetulan pada hari itu satu tangannya terlalu ringan untuk dapat menebang begitu banyak pohon dalam waktu yang sangat singkat. Ibunya yang belum sempat melihat pria itu percaya bahwa apa yang diceritakan oleh anaknya Kweiya memang benar. Dan karena Kweiya minta disiapkan makanan, ibunya segera menyiapkan makanan sebanyak mungkin. Setelah makanan siap dipanggilnya Kweiya untuk pulang makan. Kweiya bermaksud mengajak pria tadi untuk ikut makan ke rumah mereka dengan maksud memperkenalkannya kepada ibunya sehingga dapat diterima sebagai teman hidupnya.
Dalam perjalanan menuju rumah Kweiya memotong sejumlah tebu yang lengkap dengan daunnya untuk membungkus pria tua itu. Lalu setibanya di dekat rumah, Kweiya meletakkan, “bungkusan tebu” itu di luar rumah. Sewaktu ada dalam rumah Kweiya berbuat seolah-olah haus dan memohon kepada ibunya untuk mengambilkan sebatang tebu untuk di makannya sebagai penawar dahaga. Ibunya memenuhi permintaan anaknya lalu keluar hendak mengambil sebatang tebu. Tetapi ketika ibunya membuka bungkusaan tebu tadi, terkejutlah ia karena melihat seorang pria yang berada di dalam bungkusan itu. Serta-merta ibunya menjerit ketakutan, tetapi Kweiya berusaha menenangkannya sambil menjelaskan bahwa dialah yang mengakali ibunya dengan cara itu. Harapan agar ibunya mau menerima pria tersebut sebagai teman hidupnya, karena pria itu telah berbuat baik terhadap mereka. Ia telah memberikan sebuah kapak yang sangat berguna dalam hidup mereka nanti. Sang ibu serta merta menerima baik pikiran anaknya itu dan sejak itu mereka bertiga tinggal bersama-sama.
Setelah beberapa waktu lahirlah beberapa anak di tengah-tengah keluarga kecil tadi, dan kedua orang tua itu menganggap Kweiya sebagai anak sulung mereka. Sedang anak-anak yang lahir kemudian dianggap sebagai adik-adik kandung dari Kweiya. Namun dalam perkembangan selanjutnya dari hari ke hari hubungan persaudaraan antara mereka semakin memburuk karena adik-adik tiri dari Kweiya merasa iri terhadap Kweiya.
Pada suatu hari, sewaktu orang tua mereka sedang mencari ikan, kedua adiknya bersepakat mengeroyok Kweiya serta mengiris tubuhnya sehingga luka-luka. Karena merasa kesal atas tindakan kedua adiknya itu, Kweiya menyembunyikan diri di salah satu sudut rumah sambil meminta tali dari kulit pohon “Pogak nggein” (genemo) sebanyak mungkin. Sewaktu kedua orang tua mereka pulang ditanyakan di mana Kweiya tetapi kedua adik tirinya tidak berani menceritakan di mana Kweiya berada. Lalu adik bungsu mereka, yaitu seorang anak perempuan yang sempat menyaksikan peristiwa perkelahian itu menceritakannya kepada kedua orang tua mereka. Mendengar cerita itu si ibu tua merasa ibah terhadap anak kandungnya. Ia berusaha memanggil-manggil Kweiya agar datang. Tetapi yang datang bukannya Kweiya melainkan suara yang berbunyi: “Eek..ek, ek, ek, ek!” sambil menyahut, Kweiya menyisipkan benang pintalannya pada kakinya lalu meloncat-loncak di atas bubungan rumah dan seterusnya berpindah ke atas salah satu dahan pohon di dekat rumah mereka.
Ibunya yang melihat keadaan itu lalu menangis tersedu-sedu sambil bertanya-tanya apakah ada bagian untuknya. Kweiya yang telah berubah diri menjadi burung ajaib itu menyahut bahwa, bagian untuk ibunya ada dan disisipkan pada koba-koba (payung tikar) yang terletak di sudut rumah. Ibu tua itu lalu segera mencari koba-koba kemudian benang pintalan itu disisipkan pada ketiaknya lalu menyusul anaknya Kweiya ke atas dahan sebuah pohon yang tinggi di hutan rumah mereka. Keduanya bertengger di atas pohon sambil berkicau dengan suara: wong, wong, wong, wong, ko,ko, ko, wo-wik!!
Dan sejak saat itulah burung cenderawasih muncul di permukaan bumi di mana terdapat perbedaan antara burung cenderawsih jantan dan betina. Burung cenderawasih yang buluhnya panjang di sebut siangga sedangkan burung cenderawasih betina disebut: hanggam tombor yang berarti perempuan atau betina. Keduanya dalam bahasa Iha di daerah Onin, Fak-fak.
Adik-adik Kweiya yang menyaksikan peristiwa ajaib itu meresa menyesal lalu saling menuduh siapa yang salah sehingga ditinggalkan ibu dan kakak mereka. Akhirnya mereka saling melempari satu sama lain dengan abu tungku perapian sehingga wajah mereka ada yang menjadi kelabu hitam, ada yang abu-abu dan ada juga yang merah-merah, lalu mereka pun berubah menjadi burung-burung. Mereka terbang meninggalkan rumah mereka menuju ke hutan rimba dengan warnanya masing-masing. Sejak itu hutan dipenuhi oleh aneka burung yang umumnya kurang menarik di bandingkan cenderawasih.
Ayah mereka memanggil Kweiya dan istrinya dan menyuruh mengganti warna buluh, namun mereka tidak mau. Ayah mereka khawatir buluh yang indah itu justru mendatangkan mala petaka bagi mereka. Dia berpikir suatu ketika orang akan memburuh mereka termasuk ketiga anaknya yang lain. Ayah merasa kecewa kerena mereka tidak mengindahkan permintaan mereka untuk berubah buluh. Kini Ayahnya kesepian dan sedih, ia melipat kedua kaki lalu, menjemburkan dirinya ke dalam laut dan menjadi penguasa laut “Katdundur”.
http://folktalesnusantara.blogspot.com/2008/12/cendrawasih.html
Senin, 19 Mei 2014
PILPRES "YES" , GOLPUT "NO" MENCIPTAKAN TANAH PAPUA DAMAI
Pace,
mace… sudah tau to kalau tanggal 9 Juli nanti ada acara besar buat kita? Iya
betul, tanggal 9 Juli 2014 adalah jadwal pemilihan presiden (pilpres) bagi kita
semua bangsa Indonesia dari Aceh sampai Papua, dari Sabang sampai Merauke.
Jangan lupa datang ke TPS gunakan hak suara kita untuk memilih presiden dan wapres
yang kita anggap paling layak untuk memimpin kita bangsa Indonesia. Siapa calon
presidennya? Sabar dulu, nanti tanggal 5-9 Juni baru kita tau siapa calon
presiden dan wakil presiden yang akan bertarung di pilpres. Karena pada tanggal
itu KPU mengumumkan secara resmi pasangan capres dan cawapresnya.
Pentingkah ikut pilpres? Jawabannya
“ya”. Dengan ikut menggunakan hak suara yang kita punya, berarti kita telah
ikut andil dalam menentukan pemimpin kita untuk 5 tahun ke depan. Lalu
bagaimana dengan golput? Orang yang golput adalah orang yang tidak bertanggung
jawab dan tidak mau tau dengan nasib bangsanya sendiri. Jadi, mari kita semua sempatkan diri untuk datang
ke TPS dan memilih calon yang kita percaya mampu membawa Papua pada khususnya
dan Indonesia pada umumnya ke arah yang semakin baik.
Inilah
beberapa himbauan atau seruan dari Kepala Kepolisian Nasional Negara Federal
Republik Papua Jendral Polisi Elias Ayekeding kepada seluruh rakyat Papua di
tujuh (7) Negara Bagian dalam Negara Republik Federal Papua Barat bahwa :
1. Seluruh Suku Adat Papua agar menjaga
ketertiban dan keamanan dan tidak terprovokasi terhadap issu-issu yang berkembang
yang dapat membuat Papua tra aman.
2. Bagi masyarakat yang hendak memilih,
kami NRFPB tra melarang, namun apabila ada masyarakat yang tidak ikut memilih
dalam pemilu agar tra ganggu jalannya proses Pemilihan Umum.
3. PETAPA (Penjaga Tanah Papua) dan
Kepolisian Adat akan membantu aparat keamanan dalam Pemilu 2014 walaupun tra
secara langsung di tiap-tiap TPS.
4. Anggota PETAPA dan Kepolisian NRFPB
diberikan Hak untuk memilih dalam Pemuli 2014, apabila tra memilih jangan
ganggu atau provokasi teman-teman yang berikan suaranya saat pencoblosan.
5. Boikot Pilpres merupakan isu dan
bertujuan memprovokasi situasi Papua.
Pace, mace… Banyak yang bilang tidak
usah ikut pilpres karena kita orang Papua tetap miskin. Ajakan itu sama sekali
tidak benar. Papua yang sekarang sudah jauh lebih maju dari Papua 10 atau 20
tahun lalu. Kita akui itu to? Semakin banyak pembangunan
jalan-jalan biar kita bisa bepergian kemana-mana, sekolah-sekolah biar
anak-anak kita semakin pintar, dan pasar-pasar untuk kita berjualan. Kalau kita
mau bekerja keras pasti kita tidak akan miskin. Tapi kalo kita malas-malasan,
tidak mau kerja dan suka minum miras ya pasti kita akan miskin. Betul to?
Banyak yang bilang kita orang Papua
mau dikuasai sama pendatang, jadi kita harus mengusir mereka. Aduhh.... kejam
sekali kalau kita punya pikiran seperti itu. Ingat, kita ini semua bersaudara.
Mau yang berkulit hitam, putih, sawo matang, berambut keriting, lurus, maupun
bergelombang semua bersaudara. Ingat, Tuhan menciptakan kita berbeda-beda dan
kita wajib untuk saling menghormati serta mengasihi. Bapak-bapak Pendeta di Gereja
kan mengajari kita seperti itu. Kenapa para pendatang bisa sukses di Papua?
Jawabannya adalah karena kerja keras. Mereka bekerja siang dan malam tanpa mengenal lelah
demi mendapat kemakmuran. Harusnya kalau kita juga mau suskses, kita jangan
malu mencontoh kerja keras mereka. Bukan malah membenci mereka dan menganggap
mereka penjajah. Kalau pun kita orang Papua mau mencari nafkah di tempat lain,
seperti Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dan lainnya kita bebas kok tanpa
ada yang membenci. Karena kita kan orang Indonesia, jadi bebas mau tinggal
dimana saja selama masih dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indoneia
(NKRI).
Ada lagi yang bilang kalau kita
tidak usah ikut pilpres karena kita orang Papua bukan bagian dari Indonesia dan
hasil Pepera tahun 1969 adalah tidak sah. Aduhhh…. Masa’ kita harus
berulang-ulang belajar sejarah tentang Pepera. Hasil Pepera tahun 1969 adalah
SAH dan sudah FINAL karena telah disahkan
oleh PBB melalui Sidang Majelis Umum PBB yang menghasilkan Resolusi nomor
2505, pada tanggal 19 November 1969. Janganlah
kita orang Papua menguras energi untuk hal yang tidak bermanfaat meminta
pelurusan sejarah. Sejarah sudah lurus, mau diluruskan seperti apa lagi? Masih
banyak hal yang perlu kita pikirkan, yaitu bagaimana supaya Papua menjadi lebih
maju dan lebih damai. Mari kita orang Papua menjadi bagian dari generasi
demokrasi dengan ikut menyukseskan Pilpres 2014 dan memilih pemimpin yang
berkualitas dan dapat membawa kemakmuran bagi bangsa kita tercinta Republik
Indonesia.
Sebagaimana isi ceramah Pendeta Geradus Heluka, S.Th
seorang Tokoh Kingmi Papua kepada para jemaahnya digereja Kemah Injil di Tanah
Papua bahwa “Suara rakyat suara Tuhan” antara lain :
1. Syalom... Pace, Mace, Adik, Kakak, Om,
Tante, Tong semua orang Papua yang taat dengan firman tuhan to..? Ingat e.. di
dalam Al-Kitab kitong diminta untuk mencari pemimpin seperti firman tuhan di
keluaran 18:21 “di samping itu kau carikam dari seluruh bangsa itu orang-orang
yang cakap dan takut akan Allah, ornag-orang yang dapat dipercaya, dan yang
benci kepada pengejaran suap, tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi
pemimpin.
2. Kisah para Rasul 1:15-26, ketika
murid-murid/ rasul-rasul bersama umat tuhan lainnya hendak memilih murid
pengganti Yudas. Secara demokratis
diusulkan/ dicalonkan, “PEMILU” versi para Rasul dan umat tuhan waktu itu
(dengan metode mengundi) melalui tahapan sebagaimana tertulis: Lalu mereka
mengusulkan dua orang: Yusuf yang disebut Barnabas dan yang juga bernama Yustus
dan Matias. Mereka semua berdoa dan
berkata: “Ya tuhan, engkaulah hati semua orang, tunjukanlah kiranya siapa yang
engkau pilih dari kedua orang ini...”(KIS 1:23-24).
3. Tra ada alasan kitong orang Papua tra
memilih dalam Pilpres tanggal 9 Juli 2014. Kalo ada yang ajak tra milih dorang
itu sama dengan melawan perintah tuhan! Su tau to.. kalo orang su berani lawan
perintah tuhan pasti dorang pu kehidupan tra laku dan terkutuk e...! dalam
firman tuhan juga disampaikan bukan kamu yang memilih aku, tetapi akulah yang
memilih kamu (Yoh 15:16A) jadi kitong pu suara nih merupakan alat tuhan untuk
menyatakan kuasa (pilihan) tuhan dalam memilih pemimpin.Minggu, 18 Mei 2014
Senin, 12 Mei 2014
INTERNASIONALISASI BERBAGAI KASUS DI PAPUA
Situasi
Papua, baik politik maupun keamanan saat ini cukup sulit untuk diprediksi.
Namun pada fakta yang ada, dapat
dikatakan bahwa sebenarnya secara umum Papua aman dan kondusif, tetapi situasi
aman terkadang tercoreng oleh beberapa aksi anarkis maupun pernyataan miring
tentang Indonesia tentang pelanggaran HAM yang ditimbulkan oleh
kelompok-kelompok tidak bertanggung jawab. Beberapa organisasi di papua,
khususnya di papua barat terus melakukan manuver politiknya untuk
menginternasionalisasi masalah-masalah yang ada di Papua dan membuat isu
tentang pelanggaran HAM di Papua sebagai dasarnya. Namun demikian
aktivis-aktivis yang mencoba melakukan manuver-manuver politik dengan
mengangkat masalah HAM yang ada di Papua ini tidak dapat memberikan bukti yang
kuat tentang hal tersebut.
Seperti
aksi kriminal yang terjadi pada tahun 1998 tentang dugaan pembantaiaan,
pemerkosaan dan, penyiksaan ratusan warga sipil di biak(Papua barat) dalam
penyelidikan , pengadilan mengklaim lebih dari 150 orang tewas, karna
mengibarkan bendera bintang kejora. Ada lg Insiden Merauke berdarah oktober
1999,Timika Berdarah Desember 1999,
insiden Nabire Februari-Maret 2000, sampai dengan wayati Fak-Fak Maret 2000.
Juga aksi kriminal yang baru-baru ini terjadi di perbatasan RI (Republik
Indonesia) – PNG (Papua New Guinea) Sekelompok KKB melakukan aksi blokade jalan
pembakaran, penembakan terhadap tower perbatasan RI (Republik Indonesia) – PNG
(Papua New Guinea), serta pengibaran bendera bintang kejora. Namun semua itu
hanya sebagai informasi untuk di ketahui bahwa kelompok TPN-OPM terus melakukan
aksi kekersan bersenjata hanya untuk menunjukkan eksistensinya.
Selain itu
upaya-upaya kelompok separatis tersebut membuat kantor di luar negri seperti yang di lakukan oleh
Benny Wenda di Oxford inggris adalah salah satu hal yang bertentangan dengan
kewajiban hukum internasional, dan juga manuver politik yang di utarakan oleh Perdana Mentri Vanuatu Moana Carcasses Kalosil yang menyebut bahwa
di Papua hingga kini masih banyak terjadi pelanggaran HAM, namun pada dasarnya
semua pernyataan tersebut tidak mendasar
serta mengandung unsur politis terselubung dan kepentingannya sendiri
karna tidak memiliki bukti apa-apa.
Dari
kasus-kasus tersebut, nampak jelas bahwa masalah internasionalisasi Papua yang
yang di perjuangkan sekelompok sangat kecil di Papua dan Papua barat, Oleh
karna itu upaya menginternasionalisasi masalah HAM di Papua ternyata tidak
perlu untuk di tanggapi, bahkan kelompok-kelompok yang memperjuangkan
‘kemerdekaan’Papua sebaiknya mempelajari
tentang Masalah Refrendum, karena ada kesalahan pemahaman di pemikiran
mereka bahwa sebenarnya Refrendum dilaksanakan bukan untuk kemerdekaan Papua,
melainkan dialog bersama Pemerintah untuk memajukan kesejahteraan Rakyat Papua,
karena itu pemahaman tentang Refrendum
yang di utarakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB) dan upaya
internasionalisasi oleh sekelompok orang-orang tidak bertanggung jawab tersebut
hanya ingin merusak pemahaman masyarakat Papua tentang Indonesia.
Oleh
sebab itu sebenarnya langkah-langkah menginternasionalisasi kasus yang ada di
papua sebenarnya hanya membuang-buang waktu untuk mencari dukungan dari dunia
internasional, untuk itu sebaiknya kita bersama sama membangun Papua yang kita
cintai ini menjadi lebih baik Serta masyarakat di Papua mendukung penuh
upaya-upaya memajukan Papua melalui otonomi khusus dan berbagai program
pemerintah yang ingin mensejahterahkan rakyat Papua, dan terus belajar dan
berprestasi agar Anak-anak Papua bisa menjadi kebanggaan Negara Republik Indonesia
dan Dunia.