Hiyo Eluay lahir di (Desa Sereh, Sentani, 3 November 1937–10 November 2001) adalah mantan ketua Presidium Dewan Papua (PDP), Pendidikan dan awal hidup, Dortheys Hiyo Eluay dididik di sekolah dasar lanjutan (Jongensvervolgschool) di Yoka, Sentani, Jayapura Papua Barat, pada masa penjajahan Belanda. Dia mempelajari meteorologi dan lalu bekerja sebagai asisten ahli meteorologi di Badan Metereologi dan Geofisika Pemerintah Hindia Belanda. Keluarganya merupakan kepala adat (ondoafi) di Desa Sereh. Dortheys Hiyo Eluay sendiri kemudian menjadi ondoafi berkat pendidikannya yang lumayan tinggi.
Setelah Belanda melepaskan kekuasaan, dia lalu mencari istri baru tapi orang Paniai yang bernama Salomina Pigome saudara dari bapak Yereminus Pigome.1963, Theys membantu TNI dalam memilih orang-orang yang dianggap pro-Belanda dan memprotes integrasi dengan Indonesia agar kemudian dibunuh. Ia merupakan salah satu dari 1.000 orang yang terpilih dalam Dewan Musyawarah Penentuan Pendapat Rakyat, yang mengikuti pemungutan suara untuk integrasi dengan Indonesia pada tahun 1969. Dia berkampanye untuk bergabung dengan Indonesia. Pada tahun 1971, Theys bergabung ke Partai Kristen Indonesia dan masuk ke parlemen.
Karier politik Tahun 1977, Theys pindah ke Golkar. Ia menjadi anggota DPRD I Irian Jaya hingga tahun 1992. Dalam pemilu berikutnya ia tidak dicalonkan lagi sehingga ia kecewa, dan bersuara lantang terhadap Jakarta. Setelah itu Theys pun langsung mengatur siasat untuk berbalik menyerang pemerintah, padahal sebelumnya dia sangat pro kepada pemerintah. Apa yang dilakukan theys dengan memprovokasi rakyat papua dan mencuci otak rakyat papua untuk berbalik menyerang pemerintah dengan modus ingin memperjuangkan kemerdekaan Papua. Karena ulah theys pula banyak masyarakat mengeluh, karena theys memprovokasi suku-suku di pedalaman, akibatnya banyak suku pedalaman dan pegunungan datang ke jayapura tanpa pekerjaan jelas, sehinnga menimbulkan masalah sampai saat ini, selain itu rakyat papua, khusunya pendatang tiap hari diselimuti rasa takut, karena para pendukung theys selalu meneror toko-toko dengan meminta uang atau pun semacamnya.
Selama hidup, Theys memang penuh kontroversi. Selain lama berkecimpung di dunia politik dan dekat dengan penguasa politik, kehidupannya pun penuh kontroversi. Ia seperti mengikuti arah angin bertiup. Dia mengaku membenci Sukarno yang "mencaplok" Papua. Namun, Theys tetap mengagumi sang Proklamator—bahkan salah satu anaknya diberi nama Soekarno. Dia juga membenci TNI—tapi seorang anaknya dinamai Acub Zaenal yang merupakan seorang tokoh militer dan politik Indonesia yang pernah menjabat sebagai Gubernur Papua.
Apa yang dilakukan oleh Theys memang sangat membingungkan, dari karir politiknya sudah jelas bahwa, theys sebenarnya hanya menginginkan kekuasaan, dia tidak sepenuhnya ingin membela orang papua. Namun kebanyakan orang papua mengenang theys karena theys merupakan tokoh yang ingin membela orang papua, padahal sebenarnya dia hanya menginginkan kekuasaan, dan mementingkan dirinya sendiri bukan membela orang papua. Akibatnya sekarang generasi papua lah yang menjadi korban karena ulah orang-orang seperti theys ini.
Padahal sudah jelas tertulis Dalam Undang-undang No. 23 tahun 2002, tentang perlindungan anak yang termaktub dalam Konvensi Hak Anak (KHA), Hak-hak anak adalah sebagai berikut :
-Hak untuk kelangsungan hidup, yaitu hak-hak anak untuk mempertahankan hidup dan hak untuk memperoleh standar kesehatan dan perawatan sebaik-baiknya;
-Hak untuk tumbuh kembang, yang meliputi segala hak untuk mendapatkam pendidikan, dan untuk mendapatkan standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik , mental, spritual, moral dan sosial anak
-Hak untuk mendapatkan perlindungan, yang meliputi perlindungan dari diskriminasi, tindak kekerasan dan keterlantaran bagi anak-anak yang tidak mempunyai keluarga dan bagi anak-anak pengungsi;
-Hak untuk berpartisipasi, meliputi hak-hak untuk menyatakan pendapat dalam segala hal yang mempengaruhi anak.
Pemerintah saja sudah menjamin dengan jelas masa depan anak-anak tidak terkecuali dengan masa depan anak-anak papua. Untuk itu mari kita bersama- sama membangun papua, bukan malah terprovokasi dengan hal-hal yang akan merusak generasi anak-anak Papua.
Setelah Belanda melepaskan kekuasaan, dia lalu mencari istri baru tapi orang Paniai yang bernama Salomina Pigome saudara dari bapak Yereminus Pigome.1963, Theys membantu TNI dalam memilih orang-orang yang dianggap pro-Belanda dan memprotes integrasi dengan Indonesia agar kemudian dibunuh. Ia merupakan salah satu dari 1.000 orang yang terpilih dalam Dewan Musyawarah Penentuan Pendapat Rakyat, yang mengikuti pemungutan suara untuk integrasi dengan Indonesia pada tahun 1969. Dia berkampanye untuk bergabung dengan Indonesia. Pada tahun 1971, Theys bergabung ke Partai Kristen Indonesia dan masuk ke parlemen.
Karier politik Tahun 1977, Theys pindah ke Golkar. Ia menjadi anggota DPRD I Irian Jaya hingga tahun 1992. Dalam pemilu berikutnya ia tidak dicalonkan lagi sehingga ia kecewa, dan bersuara lantang terhadap Jakarta. Setelah itu Theys pun langsung mengatur siasat untuk berbalik menyerang pemerintah, padahal sebelumnya dia sangat pro kepada pemerintah. Apa yang dilakukan theys dengan memprovokasi rakyat papua dan mencuci otak rakyat papua untuk berbalik menyerang pemerintah dengan modus ingin memperjuangkan kemerdekaan Papua. Karena ulah theys pula banyak masyarakat mengeluh, karena theys memprovokasi suku-suku di pedalaman, akibatnya banyak suku pedalaman dan pegunungan datang ke jayapura tanpa pekerjaan jelas, sehinnga menimbulkan masalah sampai saat ini, selain itu rakyat papua, khusunya pendatang tiap hari diselimuti rasa takut, karena para pendukung theys selalu meneror toko-toko dengan meminta uang atau pun semacamnya.
Selama hidup, Theys memang penuh kontroversi. Selain lama berkecimpung di dunia politik dan dekat dengan penguasa politik, kehidupannya pun penuh kontroversi. Ia seperti mengikuti arah angin bertiup. Dia mengaku membenci Sukarno yang "mencaplok" Papua. Namun, Theys tetap mengagumi sang Proklamator—bahkan salah satu anaknya diberi nama Soekarno. Dia juga membenci TNI—tapi seorang anaknya dinamai Acub Zaenal yang merupakan seorang tokoh militer dan politik Indonesia yang pernah menjabat sebagai Gubernur Papua.
Apa yang dilakukan oleh Theys memang sangat membingungkan, dari karir politiknya sudah jelas bahwa, theys sebenarnya hanya menginginkan kekuasaan, dia tidak sepenuhnya ingin membela orang papua. Namun kebanyakan orang papua mengenang theys karena theys merupakan tokoh yang ingin membela orang papua, padahal sebenarnya dia hanya menginginkan kekuasaan, dan mementingkan dirinya sendiri bukan membela orang papua. Akibatnya sekarang generasi papua lah yang menjadi korban karena ulah orang-orang seperti theys ini.
Padahal sudah jelas tertulis Dalam Undang-undang No. 23 tahun 2002, tentang perlindungan anak yang termaktub dalam Konvensi Hak Anak (KHA), Hak-hak anak adalah sebagai berikut :
-Hak untuk kelangsungan hidup, yaitu hak-hak anak untuk mempertahankan hidup dan hak untuk memperoleh standar kesehatan dan perawatan sebaik-baiknya;
-Hak untuk tumbuh kembang, yang meliputi segala hak untuk mendapatkam pendidikan, dan untuk mendapatkan standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik , mental, spritual, moral dan sosial anak
-Hak untuk mendapatkan perlindungan, yang meliputi perlindungan dari diskriminasi, tindak kekerasan dan keterlantaran bagi anak-anak yang tidak mempunyai keluarga dan bagi anak-anak pengungsi;
-Hak untuk berpartisipasi, meliputi hak-hak untuk menyatakan pendapat dalam segala hal yang mempengaruhi anak.
Pemerintah saja sudah menjamin dengan jelas masa depan anak-anak tidak terkecuali dengan masa depan anak-anak papua. Untuk itu mari kita bersama- sama membangun papua, bukan malah terprovokasi dengan hal-hal yang akan merusak generasi anak-anak Papua.
0 komentar:
Posting Komentar