Diplomasi “Menguntungkan” Ala Vanuatu ~ PAPUA NEWSLETTERS

Rabu, 01 Oktober 2014

Diplomasi “Menguntungkan” Ala Vanuatu

Hari kesaktian Pancasila yang diperingati pada tanggal 1 Oktober 2014 tahun ini,  terlihat bahwa kesatuan dan persatuan rakyat Indonesia dari sabang sampai merauke semakin erat. karena kita tahu, bahwa pancasila itu sendiri adalah dasar negara yang juga merupakan ideologi bangsa Indonesia.


Upacara hari kesaktian pancasila itu sendiri dilaksanakan dengan penuh semangat di seluruh tanah air tidak terkecuali di Papua. Kita tahu selama ini Papua adalah daerah yang cukup tegang, namun hal tersebut tidak mengundurkan niat masyarakat yang ada di Papua untuk melaksanakan upacara 1 Oktober ini karena jiwa nasionalisme masyarakat Papua yang begitu besar terhadap NKRI. Meskipun demikian masih ada saja masyarakat atau kelompok tertentu yang berusaha mengadu domba dan memprovokasi masyarakat. Mereka itu adalah orang-orang yang memiliki paham yang berbeda dengan ideologi pancasila.
Kelompok-kelompok ini sudah sangatlah sering melakukan provokasi yang bertujuan untuk mempengaruhi masyarakat agar ikut dalam pemberontakan mereka terhadap Negara ini. Padahal tidaklah mereka pahami bahwa sebenarnya masyarakat sudah bosan dengan hal-hal yang sebenarnya hanya membodohi mereka, dan merusak masa depan anak-anak mereka.

Dengan memanfaatkan situasi pemerintah yang akan bertransisi dari Presiden SBY(Susilo Bambang Yudhoyono) ke presiden terpilih Joko Widodo dan rekonsiliasi OPM faksi politik, terutama organisai KNPB (Komite Nasional Papua Barat), NRFPB (Negara Republik Federal Papua Barat) dan WPNCL (West Papua National Coalition) ingin melakukan pertemuan. Pertemuan di Vanuatu tersebut memang sangat menarik untuk dibahas paling tidak karena 4 hal : Pertama kondisi politik dalam negeri Vanuatu sendiri sebagai tuan rumah penyelenggaraan pertemuan tersebut. Kedua, Dipilihnya ketiga organisasi tersebut, padahal ada belasan organisasi lain dari faksi politik OPM, belum bisa membahas kelompok-kelompok faksi militer OPM yang sama sekali tidak disertakan. Ketiga, Perbedaan ketiga organisasi tersebut terhadap pola usaha mereka untuk memisahkan diri dari Indonesia. Dan yang terakhir, Keempat, beberapa kali ditundanya penyelenggaraan pertemuan tersebut, acara yang awalnya direncanakan pada akhir Agustus 2014 ini sudah 3 kali mengalami penundaan karena sedikitnya tokoh-tokoh politik OPM yang mengkonfirmasi kehadirannya di pertemuan ini. Penundaan yang terakhir adalah tanggal 25 September 2014 lalu.
Namun tersiar kabar pada 1 oktober 2014 tepatnya pada hari kesaktian Pancasila, Zakarias Horata yang mengaku sebagai sekertaris NRFPB bahwa telah terjadi sidang umum pada tanggal 19 september sampe 20 september bahwa telah diputuskan bahwa west papua akan di merdekakan, padahal sebenarnya pada tanggal tersebut Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sedang berada di Amerika dan menghadiri sidang PBB namun bukan nmembahas tentang papua melainkan SBY diangkat sebagai Presiden Majelis sekaligus Ketua Dewan Global Green Growth Institute (GGGI). Sebenarnya nasib Papua sendiri sudah tercatat jelas di PBB, bahwa Papua adalah bagian sah dari NKRI.

Namun Pemerintah Vanuatu saat ini yang dipimpin olh PM Joe Natuman dengan dukungan penuh partai Vanuaku Pati sadar bahwa wilayah negara-negara Ras Melanesia di Pasifik Selatan merupakan wilayah yang begitu strategis, oleh sebab itu negara-negara dengan kekuatan ekonomi besar mencoba menguatkan pengaruhnya di kawasan ini. Pemerintah Vanuatu menerima banyak keuntungan secara ekonomi terhadap pola diplomasi negara-negara yang berebut pengaruh tersebut dengan menggunakan diplomasi gaya Checkbook Diplomacy. Pemerintah Vanuatu sangat licin memanfaatkan nafsu negara-negara berkekuatan ekonomi besar untuk menanamkan pengaruh di negara-negara Pasifik.

Diplomasi yang di lakukan oleh oprganisasi politik seperti KNPB (Komite Nasional Papua Barat), NRFPB (Negara Republik Federal Papua Barat) dan WPNCL (West Papua National Coalition) rupanya tidak di akui oleh Teryanus Sato, salah satu petinggi TPN-OPM yang mengklaim berpangkat Mayjend menyampaikan terkait kunjungan MSG ke Papua “kami tidak tahu untuk apa mereka datang, dan kami sejak awal tidak kenal apa itu WPNCL, karena representasi bangsa Papua yang sampai hari ini masih berjuang untuk pembebasan bangsa Papua hanya TPN/OPM, tidak ada itu nama WPNCL yang mengemis jadi anggota di MSG, sejak awal kami tidak setuju dengan diplomasi WPNCL itu, kami tetap berjuang dari hutan”.

Oleh karena itu, diplomasi politik ynag dilakukan oleh oprganisasi politik seperti KNPB (Komite Nasional Papua Barat), NRFPB (Negara Republik Federal Papua Barat) dan WPNCL (West Papua National Coalition dengan Dukungan pemerintah Vanuatu kepada OPM untuk melepaskan diri, bukanlah dukungan yang gratis. Vanuatu, sebagai negara memiliki tujuannya sendiri, yaitu memimpin negara-negara Ras Melanisia, untuk penguatan pengaruh mereka di kawasan Pasifik. Dukungan terhadap OPM hanya salah satu cara dari tujuan tersebut, ketika pemerintah Vanuatu tidak lagi melihat dukungan mereka terhadap OPM akan membantu Vanuatu meraih tujuannya untuk memimpin negara-negara Ras Melanesia.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites