Agustus 2014 ~ PAPUA NEWSLETTERS

Mari Cerdaskan generasi muda Papua Indonesia

Karena Generasi muda adalah tiang utama kemajuan. Kekuatan sebuah masyarakat bisa dilihat dari para Generasi Mudanya, karena pemuda adalah yang menunjukkan bahwa masyarakat itu sehat dan mampu untuk melangkah dengan serius dan ketekunan

KU TITIPKAN INDONESIA INI PADA ANAK CUCUMU

>>>...

100% WE LOVE INDONESIA

Banyak pujian dan kekaguman Budaya dan alammu, Kamu dan aku sama – sama cinta Cinta padamu Papuaku. Tiada yang lebih membanggakan jiwa Hanyalah Papuaku Senyuman tulus dan penuh cinta Sungguh menyentuh sanubari oohh

JANGAN BIARKAN MEREKA MERUSAK MORAL ANAK-ANAK MU

>>>...

HARUMKAN NAMA IBU PERTIWI DARI TANAH INI...!!!

...

Minggu, 31 Agustus 2014

Kematian Ketua KNPB

Kita tau sampai saat ini ada beberapa orang yang namanya mulai muncul dan mendeklarasikan diri sebagai ketua, maupun orang-orang yang ingin membantu rakyat papua untuk mendeklarasikan kemerdekaan.

Masyarakat papua tidak tau apa yang sebenarnya terjadi, dan masyarakatpun di buat bingung tentang siapa yang sebenarnya tulus untuk membantu Papua, karena menurut beberapa versi ada beberapa orang yang menyatakan bahwa mereka adalah pemimpinnya, nama-nama tersebut seperti Forkronus Yaboi yang menyebut dirinya sebagai Presiden Negara Republik Federal Papua Barat atau Benny Wenda yang mengaku sebagai Pemimpin Papua, akibatnya rakyat papua di buat bingung. http://papua-newsletters.blogspot.com/2014/07/forkorus-yaboisembut-katanya-sebagai.html

Memang dari semua silogisme yang disampaikan pihak KNPB dalam berbagai keterangannya sangatlah bertentangan dan mengandung tanda tanya besar di balik kematian seorang Martinus Yohame. Kematian Martinus Yohame yang berstatus sebagi ketua KNPB menimbulkan tanda tanya, bahwa di curigai kalau telah terjadi persaingan antar orang-orang yang ingin menduduki ketua-ketua organisasi ini. Di duga kematian Martinus Yohame yang saat ini katanya menjabat sebagi ketua KNPB mulai di lirik oleh Forkronus yang baru keluar dari penjara, kita tahu bahwa posisi sebagi ketua KNPB merupakan posisi yang sangat Fital, karena peran KNPB di Papua barat cukup terlihat. Pernyataan Forkronus yang mengatakan bahwa dirinya sebagai Presiden Negara Republik Federal Papua Barat belum sepenuhnya di dukung oleh KNPB sendiri. Hal ini menimbulkan kecemburuan Forkronus terhadap Martinus Yohame yang memang aktiv sebagai ketua KNPB.

Dari beberapa hal di atas Sudah jelas bahwa, orang yang mengaku masing-masing sebagai pemimpinnya Papua, namun kenyataannya tidak jelas arah dan tujuan mau dibawa kemana oleh mereka-mereka yang mengaku ‘pemimpin Papua’ Papua tersebut. Berjalan dengan idealisme yang kaku, saling serang dan sikut, mengklaim yang benar, tapi kenyataan dalam dan luar negeri tau bahwa orang-orang ini hanya pencari keuntungan pribadi atas kekuasaan di Papua.

Jumat, 29 Agustus 2014

Teka Teki Kematian Ketua KNPB Sorong



Mayat dalam karung ditemukan di pesisir Pulau Nana, Kawasan Pulau Dom, Distrik Sorong Kepulauan, Kota Sorong pada tanggal 26 Agustus 2014. Setelah dilakukan visum dan mayat terapung tersebut dikenali adalah Martinus Yohame, Ketua Komite Nasional Papua Barat (KNPB) wilayah Sorong Raya.

Jasad Martinus ditemukan oleh seorang nelayan, pada Selasa pagi (26/8) sekitar 07.00 WIT, dan kondisinya mengapung di pesisir Pulau Nana, tidak jauh dari Kawasan Pulau Dom. Saat ditemukan, kondisi jasad Martinus sangat menggenaskan, terbungkus karung dengan kaki dan tangannya terikat. Mukanya juga hancur akibat hantaman benda tumpul.

KRONOLOGIS KEJADIAN

Menurut kronologis yang disampaikan oleh Badan Pengurus Pusat Komite Nasional Papua Barat (BPP-KNPB), Agus Kosay dan Ones Suhuniap di media, mengatakan bahwa sebelumnya Martinus Yohame, Ketua KNPB wilayah Sorong bersama pengurus lainnya pada tanggal 19 Agustus 2014 mengadakan Konferensi Pers pada pukul 15.00 WIT di depan kantor Walikota Sorong, dengan sejumlah wartawan di wilayah Sorong, terkait dengan kedatangan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di tanah Papua pada umumnya, dan lebih khusus di wilayah Sorong dalam rangka acara Pembukaan Sail Raja Ampat di Waisai, Sabtu 23 Agustus 2014. KNPB dan PRD menolak secara tegas kedatangan SBY tersebut ke tanah Papua. (http://www.taringpapuanews.com/2014/08/ketua-knpb-sorong-diculik-sebelum.html)

Pada pukul 15.15 WIT selesai jumpa pers, beberapa saat kemudian kira-kira 2 menit seorang perempuan menelpon Martinus Yohame. Lebih lanjut perempuan itu mengatakan bahwa, ia dari Komnas HAM Jakarta ingin bertemu dengan Martinus. Beberapa saat kemudian perempuan tersebut beserta rombongannya datang menemui Martinus di depan kantor Walikota Sorong, dengan menggunakan mobil avanza warna merah, yang di dalamnya ditumpangi oleh satu orang laki-laki dengan menggunakan handycam besar merek Canon, lalu mengajak Martinus pergi bersama mereka menuju ke toko Mega Mal Sorong, KM 9 Sorong. Kemudian perempuan tersebut mengajak makan di salah satu tempat makan/warung di samping toko Mega Mal KM 9 Sorong. Sambil makan mereka melakukan pertemuan, dan entah apa yang mereka bicarakan dalam pertemuan tersebut.

Masih oleh Agus Kosay mengatakan bahwa sebelum bubar, perempuan tersebut dan Martinus saling bertukar nomor HP dan melakukan perkenalan sekaligus pertemuan singkat di sebuah rumah makan tersebut. Adapun mereka mengaku dari Komnas HAM di Jakarta. Kemudian perempuan itu lebih lanjut mengatakan bahwa, pertemuan berikut akan dilanjutkan pada hari Rabu, 20 Agustus 2014 dan mereka akan menghubungi Martinus.

Selanjutnya mereka melakukan komunikasi melalui telepon dan SMS hingga terakhir pada hari Rabu malam (20/8) pukul 24.00 WIT, mereka menyuruh Martinus keluar dari rumah dan menuju ke jalan, dan di situlah mereka menjemput dan melakukan penculikan terhadap Ketua KNPB wilayah Sorong, Martinus Yohame, sampai akhirnya pada 26 Agustus 2014 ia ditemukan tewas terapung di Pulau Nana.

LAPORAN KE APARAT KEAMANAN

Sejak menghilangnya Martinus pada 20 Agustus 2014 malam, pihak keluarga dan kerabat Martinus Yohame, mengaku pernah melaporkan hilangnya Martinus kepada Mapolres Sorong Kota dan Kodim Sorong. Terdorong oleh firasat buruk, pihak keluarga bersama aktivis KNPB Sorong kemudian melakukan pencarian. Namun Martinus tidak ditemukan, hingga pada akhirnya pihak keluarga dan kerabat langsung melaporkannya ke Polres Sorong Kota, Jalan Jenderal Achmad Yani No.01 Sorong. http://tabloidjubi.com/2014/08/27/sebelum-ditemukan-tewas-keluarga-martinus-yohame-sempat-melapor-ke-polisi-dan-kodim/

Laporan mengenai orang hilang tersebut tercatat pada hari Sabtu, 23 Agustus 2014 pukul 10.00 WIT, dan bertempat di Ruang Satuan Intelkam Polres Sorong Kota oleh pihak keluarga Martinus Yohame. Maksud dari kedatangan mereka adalah melaporkan kepada Kasat Intelkam Polres Sorong Kota, AKP Riswanto terkait keberadaan Sdr. Martinus Yohame yang beberapa hari telah hilang dan handphone (HP) nya tidak aktif sejak Rabu tanggal 20 Agustus 2014. Adapun yang hadir pada saat itu adalah: Kanitius Haselo (Wakil Ketua KNPB Wilayah Sorong), Yalli Kombo (Ketua Diplomat KNPB), bersama dengan 10 orang simpatisan KNPB dan keluarga Martinus Yohame.

Adapun penyampaian dari Yalli Kombo (Ketua Diplomat KNPB), bahwa tujuan mereka untuk bertemu Kasat Intelkam Polres Sorong Kota adalah untuk menyampaikan bahwa mereka mencurigai Ketua KNPB ada di tangan aparat TNI dan Polri. Yalli juga menyampaikan bahwa jika kunjungan Presiden RI selesai dan telah kembali ke Jakarta, agar Ketua KNPB Martinus Yohame dikembalikan, karena KNPB mencurigai sebelum kedatangan Presiden RI di Sorong, pihak TNI/Polri selalu berkoordinasi dengan KNPB sampai pada H-1 Kunjungan Presiden RI ke Kota Sorong.

Yalli Kombo menyampaikan dalam laporannya bahwa pada hari Jumat, 22 Agustus 2014 pukul 09.00 WIT, ada anggota Intelkam Polres Sorong Kota yang mendatangi kantor KNPB untuk melakukan pendekatan secara persuasif, agar KNPB tidak melakukan aksi unjuk rasa pada saat kunjungan Presiden RI ke kota Sorong dan Kabupaten Raja Ampat.

Yalli Kombo juga menyampaikan bahwa ada pihak TNI yang selalu mendatangi dan berkoordinasi ke Sekretariat KNPB dengan menggunakan kendaraan roda empat jenis Toyota Avansa warna putih, No Polisi tidak diketahui. Pihak TNI tersebut sudah 2 (dua) kali masuk ke Kantor KNPB mencari Martinus, yaitu hari Kamis, 21 Agustus 2014 malam pukul 23.00 WIT, dan Jumat. 22 Agustus 2014 pagi, pukul 09.00 WIT, untuk mengantarkan oleh-oleh langsung kepada Martinus dan tidak boleh diwakilkan.

Steven Peyon dalam laporan tertulis yang dikirim ke KNPB pusat di Jayapura juga mengatakan bahwa Kodim Sorong selama ini juga ingin bertemu dengan Martinus, dengan alasan akan membawa uang dari Jakarta untuk diberikan kepada Ketua KNPB, tapi belum bertemu dengan Martinus.

TEKA TEKI

Memang dari semua silogisme yang disampaikan pihak KNPB dalam berbagai keterangannya sangatlah bertentangan dan mengandung tanda tanya besar di balik kematian seorang Martinus Yohame.

Dalam keterangannya di media pihak KNPB menyatakan bahwa yang menjemput Martinus pada 20 Agustus 2014 malam adalah seorang perempuan dan rekannya yang berasal dari Komnas HAM Jakarta, di mana sehari sebelumnya mereka telah melakukan pertemuan di rumah makan di samping toko Mega Mal KM 9, Sorong.

Secara nalar tentu kita bertanya-tanya mengapa untuk bertemu dengan Komnas HAM seorang Ketua KNPB tidak ditemani oleh rekan-rekannya? Martinus selesai menggelar jumpa pers pada 19 Agustus 2014 pukul 15.15 WIT dan beberapa saat kemudian ia mendapat telepon dari seorang perempuan yang mengaku Komnas HAM, dan menjemput Martinus di lokasi yang sama. Mengapa harus bertemu sendirian di saat rekan-rekannya ada di lokasi jumpa pers tersebut? Apa gerangan yang dibahas pada pertemuan tersebut dan bargaining apa yang akan dilakukan? Apa yang sedang direncanakan Martinus? Apa yang akan dijanjikan kepada Martinus? Pertanyaan-pertanyaan sepele ini tentu terlintas di benak kita.

Lalu pertanyaan yang berikutnya muncul adalah mengapa keterangan mengenai perempuan yang berasal dari Komnas HAM ini tidak dimunculkan oleh Kanitius Haselo (Wakil Ketua KNPB Wilayah Sorong) dan Yalli Kombo (Ketua Diplomat KNPB) saat melaporkan kehilangan Martinus ke Polres Sorong.

Dari sinilah kita bisa menyimpulkan bahwa KNPB dengan sengaja memunculkan persepsi yang mengarahkan bahwa pelaku pembunuhan adalah dari pihak keamanan, baik itu TNI/Polri. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kehadiran Presiden SBY ke Sail Raja Ampat telah menyita segala perhatian aparat keamanan ke event internasional tersebut. Hal ini wajar karena yang datang adalah tamu very very important person (VVIP) terkait keamanan Presiden RI adalah tanggung jawab aparat keamanan juga.

Kembali pada pertanyaan apa sebenarnya yang terjadi di balik pertemuan seorang perempuan dari Komnas HAM dengan Martinus? Jika kita mengacu pada saratnya konflik kepentingan yang terjadi di tubuh KNPB, tentu sangat wajar jika Martinus memilih untuk enggan ditemani rekannya saat bertemu dengan Komnas HAM tersebut. Hal ini tentu dapat dijadikan sebagai keuntungan positif baginya jika ada bargaining menarik yang diberikan kepadanya.

Bukan hal aneh jika pertemuan yang terjadi dengan sang perempuan tersebut tidak diketahui teman-temannya dengan harapan sang Ketua lah yang mengeruk keuntungan pribadi tersebut. Di satu sisi terdapat suatu kecemburuan di antara kalangan KNPB sendiri karena Martinus bertemu dengan orang yang mengaku Komnas HAM. Bertemu dengan orang-orang penting tanpa ditemani tentu terlintas di benak teman-teman Martinus bahwa ia menyembunyikan sesuatu. Apakah terkait dengan pemberian uang? Seperti yang kita ketahui memang di tengah isu kedatangan Presiden SBY ke Papua, ide melakukan unjuk rasa tentu menjadi isu krusial yang oleh banyak kalangan akan berusaha untuk mencegah hal tersebut terjadi. Ini menjadi angin segar bagi seorang Ketua KNPB untuk memperoleh keuntungan pribadi di tengah-tengah usahanya tersebut. Ada banyak kalangan yang berupaya mendekati sang Ketua dengan berbagai iming-iming.

Kecemburuan di antara rekan KNPB tentu bisa terjadi mengingat kejadian yang disampaikan Yalli Kombo, bahwa ada pihak TNI yang mendatangi dan berkoordinasi ke Sekretariat KNPB dengan menggunakan Toyota Avansa warna putih, mencari Martinus pada 21 Agustus 2014 malam dan 22 Agustus 2014 pagi, untuk mengantarkan oleh-oleh langsung kepada Martinus dan tidak boleh diwakilkan. Mengapa tidak boleh diwakilkan? Tentu ini menambah kekecewaan di kalangan anggota KNPB sendiri. Mengapa Martinus menyembunyikan sesuatu dari rekan-rekannya. Hal ini jelas pula disampaikan oleh Agus Kosay dalam pernyataannya bahwa ada juga pihak Kodim yang ingin memberikan uang dari Jakarta dan tidak bisa diwakilkan. Seolah-olah segalanya adalah hak prerogatif dari sang Ketua. Ditambah lagi kedekatan sang Ketua dengan pihak aparat keamanan menjadi suatu ‘ancaman’ bagi pergerakan KNPB.

Kejadian-kejadian di atas sebenarnya menjadi puncak fenomena gunung es dari konflik kepentingan yang terjadi di antara kalangan KNPB sendiri. Satu hal yang menjadi penting untuk ditelisik adalah mengapa pihak KNPB dan keluarga menolak untuk melakukan autopsi, dan hanya melakukan visum luar terhadap mayat Martinus? Dari hasil visum yang dilakukan oleh pihak RSUD Sorong bahwa terjadi kematian yang tidak wajar dan pada dada kiri korban terdapat luka lubang berdiameter 1 cm.

Bila dilakukan autopsi terhadap mayat tersebut tentu akan jelas terungkap apa penyebab luka lubang berdiameter 1 cm tersebut, apakah oleh benda tajam atau oleh peluru tajam. Dengan autopsi pula akan dapat diketahui sudah berapa lama mayat tersebut tewas dan kapan tewasnya.

Namun pihak keluarga didampingi pihak KNPB menolak untuk dilakukan autopsi. Ada apa gerangan? Apakah untuk mengarahkan opini dan persepsi publik bahwa pelaku seolah-olah berasal dari aparat keamanan? Mengingat opini yang disebarkan pihak KNPB bahwa lubang di dada tersebut adalah akibat ditembak oleh peluru tajam. Padahal lubang berdiameter 1 cm tersebut tidaklah melulu oleh karena peluru tajam. Seandainya pun itu adalah peluru tajam, apabila dilakukan autopsi dan pengangkatan peluru, tentu akan dapat diketahui jenis peluru tersebut. Mengingat akan sangat mudah untuk mengenali apakah itu peluru organik atau bukan. Namun pihak KNPB menolak dilakukan autopsi. Sekali lagi ada apa gerangan? ( http://tabloidjubi.com/2014/08/28/polisi-sulit-pastikan-meninggalnya-pria-yang-diduga-ketua-knpb-sorong/)

Selanjutnya akan dapat ditebak, bahwa akan muncul aksi-aksi solidaritas dari sesama anggota dan simpatisan KNPB. Dan tentu kita dapat memahami hal ini karena oleh beberapa kalangan, aksi solidaritas ini akan dijadikan semacam alibi untuk menutupi pelaku sebenarnya. (VM)
 

Kamis, 14 Agustus 2014

BENDERA MERAH PUTIH RAKSASA BAKAL DIKIBARKAN DI PUNCAK GUNUNG PAWA



Jayapura, 14/8 (Jubi) – Bendera Merah Putih terbesar di perbatasan dengan ukuran 8 x 6 meter akan terpasang atau dikibarkan di puncak Gunung Pawa, Mosso, Muaratami, Kota Jayapura bertepatan hari ulang tahun (HUT) kemerdekaan Republik Indonesia (RI) pada Minggu (17/8) mendatang.

Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) XVII Cenderawasih, Mayor Jenderal (TNI) Christian Zebua kepada sejumlah wartawan mengatakan, kegiatan ini adalah permintaan masyarakat di sekitar perbatasan. “Masyarakat sekitar sini, minta Bendera Merah Putih membumi di wilayah ini sampai naik di ketinggian, yang beberapa kali Bintang Kejora dikibarkan di atas sana,” kata Pangdam usai bertatap muka bersama puluhan masyarakat di perbatasan RI-PNG, Kamis (14/8) petang tadi.

Pangdam mengaku masyarakat yang akan memasang bendera Merah Putih raksasa tersebut di ketinggian gunung Pawa, pihaknya hanya akan mengawal perjalanan mereka hingga titik tujuan akhir. “Ini satu momen maju terhadap perbatasan. Kita lihat sendiri, perbatasan sudah normal kembali,” tegasnya.

Tahun lalu, menurut Pangdam, bendera yang sama juga telah dikibarkan. Namun, orang yang tak bertangungjawab menaikkan bendera Bintang Kejora. “Masyarakat tidak mau Bintang Kejora, mereka ingin bendera Merah Putih,” katanya.

Sementara itu, Komandan Resort Militer (Danrem) 172/PWY, Kolonel Infanteri Tri Yuniarto menegaskan perjalanan untuk memasang Bendera Merah Putih raksasa tersebut akan memakan waktu kurang lebih tiga hari dua malam, dengan titik start perjalanan dari pos TNI AD perbatasan RI-PNG.

“Personil yang kami turunkan kurang lebih sebanyak 50 personil, ditambah dengan puluhan masyarakat yang berpartisipasi untuk ikut dalam pemasangan bendera Merah Putih raksasa di atas gunung,” kata Danrem 172/PWY.

Ditempat yang sama, Komandan Lembaga Missi Reclasseering-Republik Indonesia (LMR-RI) Papua, Imam Syafi’I menuturkan pihaknya menurunkan hampir 20 personil LMR-RI, 15 personil lakukan perjalanan pemasangan bendera Merah Putih di atas Gunung Pawa. “Ini sebagai rasa kebersamaan dan kebanggaan kami sebagai warga Negara Indonesia juga sekaligus HUT RI besok,” katanya.

Nathan, salah seorang warga yang juga akan turut serta dalam perjalanan tersebut kepada media ini sangat bangga dalam kegiatan pemasangan bendera raksasa ini. “Saya baru pertama kali akan ikut naik gunung tersebut bersama Bapak TNI,” kata Nathan.

Setelah petang tadi dilepas oleh Pangdam XVII Cenderawasih, Mayor Jenderal (TNI) untuk memasang bendera Merah Putih raksasa tersebut, tim yang terdiri dari masyarakat, TNI AD dan LMR-RI akan melakukan perjalanan besok pagi, Jumat (15/8) yang diperkiran akan bermalam di atas gunung Pawa hingga (16/8) dan akan balik ke pos TNI AD perbatasan RI-PNG pada Minggu (17/8) bertepatan dengan HUT RI. (Jubi/Indrayadi TH)
sumber:http: //tabloidjubi.com/ 

Selasa, 12 Agustus 2014

Papua juga turut berperan dalam kemerdekaan RI

Sebentar lagi bangsa indonesia akan memperingati HUT kemerdekaan yang ke-69, kita sebagai bangsa indonesia sudah semestinya berbangga karena perjuangan para pahlawan kita yang telah berjasa untuk berjuang merebut kemerdekaan dari para penjajah, terlebih mereka yang berjuang di wilayah indonesia di bagian timur, khususnya di papua.

Menjelang HUT RI yang ke-69 ini banyak di gembor-gemborkan oleh KNPB atau OPM yang hanya bisa meresahkan masyarakat bahwa orang papua tidak pernah berjuang untuk indonesia. Sebenarnya apa yang ada di pikiran mereka! Sudah jelas perjuangan para pahlawan yang gugur di medan perang untuk berjuang merebut kemerdekaan, terlebih perjuangan pahlawan-pahlwan dari papua.

“Kita semua tau, dan kita juga belajar sejarah, hanya orang – orang bodoh dan buta pada sejarah seperti KNPB/OPM atau organisasi apalah itu” yang berkata bahwa papua tidak berjuang untuk kemerdekaan.

Kita semua tau pahlawan-pahlawan dari papua seperti Silas Papare, Beliau telah berjuang untuk masyarakat agar bersatu merebut kembali tanah Papua dari tangan penjajah dan telah bergabung dalam Batalyon Papua pada bulan Desember 1945 untuk melancarkan pemberontakan terhadap Belanda yang menjajah tanah Papua. Pada bulan Nopember 1946, ia membentuk Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII), kemudian pada bulan Oktober 1949, ia juga membentuk Badan Perjuangan Irian (BPI) dengan tujuan untuk membantu pemerintah Indonesia membebaskan Irian Barat dari tangan Belanda sekaligus menyatukannya dengan NKRI.

Frans Kaisiepo beliau sebagai Pahlawan Nasional telah berjuang sejak masa-masa kemerdekaan RI dengan semangat kemerdekaan, ia sangat teguh menyatakan gagasannya bahwa Papua merupakan bagian dari Nusantara, menjadikan dirinya “dipinggirkan” oleh pemerintah Belanda. Ia merupakan putra daerah yang dilahirkan di daerah Wardo, Biak pada tanggal 10 Oktober 1921, ia mengikuti kursus Pamong Praja di Jayapura, salah satu gurunya bernama Soegoro Atmoprasodjo, mantan guru di Taman Siswa Yogyakarta.

Marthen Indey yang Pada tahun 1962 Marthen bergerilya untuk menyelamatkan anggota RPKAD yang didaratkan di Papua selama masa Tri Komando Rakyat (Trikora). Di tahun yang sama, Marthen menyampaikan Piagam Kota Baru yang berisi mengenai keinginan kuat penduduk Papua untuk tetap setia pada wilayah kesatuan Indonesia.

Johannes Abraham Dimara (J.A.Dimara) Pahlawan nasional Johanes Abraham Dimara Dimara adalah salah seorang pejuang yang ikut dalam pembebasan Irian Barat. Dirinya adalah anggota OPI (Organisasi Pembebasan Irian Barat). Pada tanggal 20 Oktober 2000 di Jakarta.

Jadi apa yang di gembor-gemborkan oleh organisasi seperti KNPB yang hanya bia meresahkan rakyat papua hanyalah salah satu dari bentuk sifat rakus yang ingin berkuasa di papua, mereka hanya bisa meresahkan, tidak pernah membantu rakyat, malah memeras masyarakat dan pemerintah untuk kepentingan mereka sendiri, orang-orang seperti ini harusnya tidak boleh berada di tanah suci ini!!!

Untuk itu mari kita meneruskan perjuangan para pahlawan yang telah berhasil merebut tanah Papua dari tangan penjajah Belanda, mari kita bersatu padu untuk memajukan tanah Papua menjadi tanah yang aman, damai dan sejahtera. Membantu pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan, ketentraman lahir dan batin secara dinamis. Dimana pemerintah telah membuat mekanisme baru. pengelolaan pembangunan yang terencana baik jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek yang menitikberatkan pada program prioritas utama yaitu pendidikan, kesehatan, ekonomi kerakyatan dan insfratruktur.

Jumat, 08 Agustus 2014

“WANTED” gembong KKB di wilayah Lanny Jaya


Jayapura - “Masyarakat : Tangkap dan adili” kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan enden wanimbo di wilayah Lanny Jaya yang menjadi duri bagi masyarat di kabupaten Lanny jaya.
menyikapi kejadian penembakan beberapa yang lalu oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan enden wanimbo di Kabupaten Lanny Jaya belakangan ini, sebagian pihak menilai kasus tersebut tidak boleh berlarut-larut dan kembali terulang.

Sementara itu setetmen baik dari Kapolda Papua dan Danrem 172/PWY Kolonel Inf. Tri Yuniarto bersama jajaran terkait dan Sekda Kabupaten Lanny Jaya, Chrisitan Sohilait melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, serta para kepala kampung se Lanny Jaya di ruang rapat Kantor Bupati. Meminta agar kelompok tersebut menyarakkan diri kepada pihak yang berwajib untuk mempertagung jawabkan perbuatan yang telah mereka lakukan.

Apayang mereka lakukan telah bertentangan dengan hukum dinegara ini. ultimatum pun dilayangkan kepada (KKB) yang saat ini masih bersembunyi di dalam hutan untuk meyerahkan diri. Jika mengindahkan ultimatum tersebut aparat gabungan Polri maupun TNI akan menindak tegas karena jalan persuasif pun mereka masih belum mampu menerimanya.

Sementara masyarakat telah sepakat dengan aparat untuk memberikan segala informasi terkait keberadaan kelompok tersebut.

Rabu, 06 Agustus 2014

Pemkab Lanny Jaya Keluarkan Himbauan Hindari KSB



WAMENA –Sekda Lanny Jaya, Christian Sohilait, ST., M.Si mengatakan saat di lokasi pemulihan oleh aparat TNI/Polri bahwa, Pemerintah Lanny Jaya mengeluarkan himbauan kepada masyarakat di Distrik Maki, Pirime, Indawa, Bugung Gano, Balingga dan sekitarnya untuk menghindari kelompok sipil bersenjata.

Sekda berharap masyarakat dapat memberikan informasi kepada pihak kemanan dan pemerintah terhadap aktifitas kelompok yang akhir-akhir ini meresahkan masyarakat.
Christian juga menghimbau ke pada masyarakat untuk bersama-sama pemerintah menjaga daerahnya masing-masing agar tetap aman dan tenang karena kekerasan bukan budaya orang Lanny Jaya, sehingga tokoh gereja, tokoh masyarakat, tokoh perempuan dan pihak lainnya dihimbau untuk bersama-sama dalam mengambil peran untuk menyikapi kondisi yang terjadi tersebut sehingga situasi keamanan yang diharapkan seluruh masyarakat dapat terwujud.
Berkaitan dengan semakin dekatnnya hari HUT RI, Sekda Lanny Jaya meminta kepada masyarakat di seluruh wilayah Lanny Jaya untuk memasang bendera Merah Putih  dimana masyarakat berkumpul agar  memeriah kan HUT ini.

Sumber : Cenderawasih Pos (7/8/2014)

Selasa, 05 Agustus 2014

Gereja Berperan Penting Dalam Proses Rekonsiliasi di Puncak



ILAGA - Peranan dari Gereja dalam pembangunan di Kabupaten Puncak cukup besar. Gereja merupakan pihak pertama yang masuk membuka kegelapan. Bahkan saat daerah ini sudah dimekarkan menjadi kabupaten otonom sendiri sejak 2008, yang kemudian muncul perang suku, maka peranan gereja kembali lagi diharapkan bersama dengan pemerintah daerah dalam proses rekonsiliasi atau perdamainan bagi masyarakat Puncak yang sedang konflik.
Hal tersebut disampaikan Bupati Puncak Willem Wandik,SE,M.Si saat peresmian Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua, Pos Pekabaran Injil (PI) Jemaat Betlehem Paturan Kago, di Ilaga, Kabupaten Puncak, Sabtu (10/5).
Bupati Puncak, sebagai anak yang lahir dari seorang pembawa injil, pihaknya menilai bahwa pembangunan Gereja merupakan bagian dari rekonsiliasi di bidang keagamaan, sebab sebelumnya empat tahun yang lalu, saat perang suku, dimana warga jemaat yang notabe warga Puncak, hidup dalam suasana pertikaian, iri, dendam, sehingga hampir sebagian besar mereka meninggalkan gereja, baik gereja yang ada di Ilaga maupun Distrik Gome sebagai basis perang suku. Gereja kemudian menjadi kosong.
Oleh sebab itu dengan pembangunan Gedung Gereja ini diharapkan mampu mengembalikan iman mereka, untuk berhenti dari perang. Warga bisa kembali hidup sebagai saudara seiman, hidup dalam kasih persaudaraan, dengan penyiraman rohani dari para pendeta, evangelis, penatua, dan guru jemaat dan lainnya.
“Jemaat ini bisa berubah sikap, seperti dendam, emosi, iri, hanya dengan cara gereja, sehingga kita bangun gereja di Ilaga, artinya kami ajak agar jemaat harus kembali ibadah, sehingga melupakan masa lalu mereka,” tuturnya.
Katanya, dengan peresmian gereja ini, menandakan bahwa jemaat ingin kembali bersatu, mereka mengingingkan hal yang baru di kabupaten Puncak. Ini terbukti dengan warga jemaat sendiri dengan swadaya mampu membangun gereja ini dalam waktu empat bulan. Artinya warga jemaat ingin mengucap syukur kepada Tuhan. Mereka ingin sekali kembali hidup dalam suasana kedamaian.
“Ini pertanda, mereka ingin menjalin kasih, mereka ingin membangun dalam rasa kedamaian, kekeluargaan, suka cita dalam kasih Tuhan,” jelasnya.
Lanjut Willem Wandik, sebagai anak penginjil, dirinya ingin memperhatikan Gereja pada masa kepemimpinannya, salah satunya bukti adalah bantuan operasional yang secara rutin diberikan melalui sokongan APBD Kabupaten Puncak, yang diberikan kepada sinode, klasis, koordinator wilayah dan gereja, bahkan para pendeta, pelayan, dan penginjil, yang saat ini sudah diberikan honor setiap bulan, sebab dirinya sangat memahami kondisi gereja, di mana Gereja tidak punya pendapatan.
“Di Provinsi, Gubernur berikan 10 persen dari dana Otsus untuk Gereja, oleh sebab itu kami di kabupaten yang mengelola dana 80 persen harus bisa membantu gereja, oleh sebab itu saya sudah serahkan bantuan juga ke Gereja,” ungkapnya.
Bahkan bukan saja bantuan ke gereja, kata Willem Wandik, Pemda juga ikut dalam membangun gereja, terutama gereja yang sudah dibangun oleh jemaat, namun belum selesai,akan diambil pembangunannya oleh Pemerintah daerah, agar secepatnya bangunan bisa selesai.
“Selain itu kami juga sudah membangun tugu-tugu peringatan injil masuk, misalnya di Distrik Beoga, tugu kemah injil pertama di Papua masuk di sana, yang akan diresmikan oleh Gubernur Papua, 4 Juni mendatang,”tegasnya.
Pihaknya memercayai bahwa orang tuanya yang pernah memberitakan injil harus masuk keluar kampung, mendekati gunung dan melewati sungai, hanya dengan jalan kaki, karena kondisai saat itu tidak ada anggaran yang besar, namun mereka giat memberitakan injil, kondisi tersebut sudah berbeda, dengan uang yang saat ini banyak, maka pelayanan gereja harus lebih ditingkatkan.
“Saya sangat mengerti akan kondisi gereja masa lalu dan saat ini, karena saya lahir dalam situasi seperti itu, sekarang kabupaten ada banyak uang, mengapa kita tidak bantu gereja,”ungkapnya.
Oleh sebab itu kepada Gereja, Bupati berharap, kepada para pendeta dan penginjil, guru jemaat, karena sudah mendapat honor dari pemerintah daerah yang setiap bulan dibayar, maka dirinya meminta agar mereka mampu mendorong iman dalam jemaat untuk bertumbuh, tidak boleh lagi meninggalkan pelayanan di jemaat atau gereja, tapi harus memberikan siraman rohani secara rutin kepada jemaat.
“Gereja sudah harus berada di tempat, mampu memberikan makaman rohani yang baik kepada jemaat, sehingga jemaat merada damai, tidak ada rasa iri dan dengki, harus hidup dalam persaudaraan, tidak boleh lagi berperang, dengan demikian pemerintah akan membangun daerah,” harapnya.
Menurut Bupati, dengan sinergi yang baik antara gereja dengan pemerintah, dengan sendirinya akan mendorong pihak lain seperti kepala suku, adat, tokoh masyarakat, pemuda, untuk bersatu dengan pemerintah, bergendangan tangan membangun kabupaten Puncak, sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh masyarakat.
“Dengan sinergi yang baik, gereja, adat, akan menjadi satu kekuatan yang cukup besar dalam membangun Kabupaten Puncak,”tukasnya.
Sementara itu,Ketua Klasis Kingmi Ilaga Pdt.Nataniel Magai,S.Th berharap dengan dibangunnya gereja ini, bisa menjadi tempat pembangunan rohani dari jemaat, bahkan dirinya menilai gereja akan siap bermitra dengan pemerintah dalam menyampaikan kehendak Yesus Kristus di Kabupaten Puncak.
“Seluruh masyarakat, saya mengajak supaya kita rajin beribadah kepada Tuhan, dengan kehadiran Tuhan akan membawa kedamaianan kepada kabupaten Puncak,”tambahnya.
Sekadar diketahui, setelah peresmian gereja, dilanjutkan dengan ibadah perdana, dilanjutkan dengan acara khas dari pegunungan tengah yakni bakar batu 23 ekor babi, yang kemudian diakhiri dengan makan bersama. Untuk lebih jelasnya, foto-foto kegiatan ini dapat dilihat pada halaman Papua Society. (cak)

sumber:http://www.cenderawasihpos.com/index.php?mib=berita.detail&id=6368 

Minggu, 03 Agustus 2014

PENTOLAN KELOMPOK SIPIL BERSENJATA DI LANNY JAYA SEORANG PNS



Jayapura, 3/8 (Jubi) – Pentolan Kelompok Sipil Bersenjata (KSB) wilayah Kabupaten Lanny Jaya, Enden Wanimbo yang diduga melakukan penembakan terhadap empat anggota polisi pada, Senin (28/7) lalu masih berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di kabupaten itu.


“Sampai hari ini, Enden Wanimbo masih terima gaji sebagai PNS. Dia makan gaji itu sampai detik ini dan dia yang lakukan pergerakan di sini. Dia yang memberi tempat kepada Puron Cs (pentolan KSB dari Puncak Jaya) di sini. Jadi semua yang pegang senjata itu anak-anak dari Mulia, Kabupaten Puncak Jaya,” tegas Bupati Kabupaten Lanny Jaya, Befa Jigibalom beberapa waktu lalu kepada sejumlah wartawan di Kota Jayapura, Papua.


Pentolan KSB itu, menurut Befa, merupakan PNS sebagai guru di salah satu sekolah di Pirime, Kabupaten Lanny Jaya. Pemda setempat sendiri, menurut Befa, tak bisa berbuat banyak lantaran kuatir KSB itu berbuat onar di wilayah tersebut.


“Saya menduga banyak warga yang ikut-ikutan dengan kelompok ini, karena anggota kelompok ini hidup membaur dengan masyarakat. Mereka berpropaganda ketika merdeka akan ada kehidupan baru,” kata Befa.


Befa juga berharap untuk mengamankan Kabupaten Lanny Jaya, aparat TNI Polri tidak perlu takut Hak Asasi Manusia (HAM), karena ini masalah kemanusiaan.


Befa bertanya, mana yang lebih penting, masa depan atau orang Papua mati karena miskin, bodoh dan karena penyakit. Aspek kemanusiaan itu penting, menurut Bupati, anggota polisi juga manusia dan anak Tuhan juga, serta yang ditembak mati banyak polisi anak asli Papua.


“Apakah dengan menembak aparat akan langsung merdeka? Tentu tidak. Malah namnti bisa saja semua orang mati karena kemiskinan dan kebodohan, jadi Lanny Jaya harus aman. Program pemerintah harus didukung siapa saja, juga mereka itu (KSB) harus tahu diri, mereka menembak, menghancurkan ini,” jelas Befa.


Sebelumnya, Kepolisian Daerah (Polda) Papua menyatakan, Enden Wanimo, salah satu yang diduga pentolan KSB di wilayah Lanny Jaya, adalah pihak yang bertanggungjawab terhadap penembakan empat anggota polisi di daerah itu pada Senin (28/7) lalu.


“Aparat keamanan memberi batas waktu paling tidak satu atau dua minggu kepada yang bertanggungjawab, yaitu Enden Wanimbo untuk menyerahkan diri,” kata Kapolda Papua, Jenderal (Pol) Yotje Mende, Jumat (1/8).


Menurut Yotje, untuk menangkap kelompok yang bertanggungjawab itu, polisi masih memberikan batas waktu agar mereka menyerahkan diri. “Jika tidak, kami akan melakukan tindakan tegas di lapangan,” katanya.


Sebelumnya terjadi penembakan terhadap anggota Polri di Kabupaten Lanny Jaya, Senin (28/7) yang mengakibatkan dua anggota Polri tewas dan selang empat hari kemudian, Jumat (1/8) terjadi kontak tembak mengakibatkan satu anggota TNI terkena tembakan pada bagian pantat dan diduga empat anggota KSB tewas tertembak. (Jubi/Indrayadi TH)






sumber :http://tabloidjubi.com/2014/08/03/pentolan-kelompok-sipil-bersenjata-di-lanny-jaya-seorang-pns/

Ribuan Anak Nikmati Beasiswa


 

Di bidang pendidikan, ribuan anak pribumi telah, sedang dan akan menikmati beasiswa mulai dari SLTP sampai Perguruan Tinggi (PT). Kepala Bagian Anak dan Pemuda Biro Pendidikan LPMAK, Thobias Yawame mengatakan program beasiswa diberikan kepada anak-anak 7 suku, Papua lain dan luar Papua, yang memenuhi kriteria sesuai pedoman beasiswa yang ditetapkan LPMAK.
Data LPMAK menunjukkan penerima beasiswa per Juni 2010 mencapai 529 anak. Rinciannya Amungme sebanyak 197, Kamoro 73, Damal 20, Dani 44, Mee 67, Moni 56, Nduga 44, Papua lain 16, dan luar Papua 12.
Selain itu LPMAK juga menetapkan sejumlah program kerja lainnya yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan, seperti penyediaan asrama, peningkatan mutu pendidikan dasar dan bantuan kerjasama dengan lembaga mitra di bidang pendidikan.
LPMAK menerapkan program matrikulasi yang berawal dari keprihatinan melihat merosotnya pendidikan dasar di Kabupaten Mimika. Banyak anak-anak Kamoro dan Amungme yang hendak dikirim studi ke luar Mimika ternyata kemampuan akademiknya masih belum memenuhi persyaratan. Sehingga program matrikulasi membantu agar anak-anak mampu bersaing dengan siswa dari daerah lain di Indonesia.
Program matrikulasi dilakukan melalui kerja sama dengan lembaga-lembaga studi terkemuka di Jawa, Papua dan Sulawesi Utara. Untuk tingkat SMA, Biro Pendidikan LPMAK bekerjasama dengan Yayasan Binterbusih di Semarang, SMA St. Nikolaus, Lokon, Tomohon dan SMA Tompasso di Sulawesi Utara.
Sedangkan di tingkat perguruan tinggi, Biro Pendidikan LPMAK bekerjasama dengan IKOPIN Bandung, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, UNIKA Widya Mandala Surabaya, UNIKA Soegijapranata Semarang, Universitas Negeri Papua Manokwari, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Klabat, Universitas Klabat, Universitas Negeri Manado, dan Universitas Katolik Delasalle Manado.
LPMAK sedikitnya juga telah membangun tujuh unit asrama, yaitu Asrama Putra Kamoro, Solus Pupuli, Asrama Putra/I Penjunan, Asrama Putra/I Bintang Kejora Kaokanao, Asrama Putra/i AMOR di Semarang.
Selain itu LPMAK melalui biro pendidikan juga memiliki program pelatihan kepemimpinan, pemberian bantuan sarana dan prasarana sekolah, pemberian makanan tambahan untuk anak sekolah, serta mendukung pendirian sekolah-sekolah alternatif yang berkualitas serta berbasis masyarakat dan pengembangan kampung.
(sumaryoto&nelly bela/radar timika)

 

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites