April 2015 ~ PAPUA NEWSLETTERS

Mari Cerdaskan generasi muda Papua Indonesia

Karena Generasi muda adalah tiang utama kemajuan. Kekuatan sebuah masyarakat bisa dilihat dari para Generasi Mudanya, karena pemuda adalah yang menunjukkan bahwa masyarakat itu sehat dan mampu untuk melangkah dengan serius dan ketekunan

KU TITIPKAN INDONESIA INI PADA ANAK CUCUMU

>>>...

100% WE LOVE INDONESIA

Banyak pujian dan kekaguman Budaya dan alammu, Kamu dan aku sama – sama cinta Cinta padamu Papuaku. Tiada yang lebih membanggakan jiwa Hanyalah Papuaku Senyuman tulus dan penuh cinta Sungguh menyentuh sanubari oohh

JANGAN BIARKAN MEREKA MERUSAK MORAL ANAK-ANAK MU

>>>...

HARUMKAN NAMA IBU PERTIWI DARI TANAH INI...!!!

...

Kamis, 30 April 2015

Mengenang Kembalinya Papua ke Dalam Bingkai NKRI




Kita sebagai warga negara Republik Indonesia bangga memiliki Pulau Papua dengan memiliki beragam kekayaan alam selain itu juga memiliki berbagai sejarah sehingga kita sebagai penerus bangsa juga mesti mengambil hikmah dari mengenang kembalinya Papua ke dalam Bingkai NKRI sebab dari hal itu terdapat berbagai pelajaran untuk masa yang akan datang.

Jika kita menengok sedikit sejarah pengorbanan para pahlawan dalam merebut tanah Papua dari tangan Belanda. Ketika Irian Barat masih dikuasai oleh Belanda, masyarakat bersatu padu untuk merebut kembali tanah Papua dari tangan penjajah, dimana para tokoh telah berjuang membebaskan pulau paling timur ini bersatu dengan Republik Indonesia berjuang tanpa rasa mengenal lelah untuk menggapai tujuan membebaskan tanah Papua dari penjajahan. Hal itu didedikasikan demi kesejahteraan anak cucu mereka.

Kemudian Putra daerah yang turut berjuang merebut kembali Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi Bangsa Indonesia telah mendapat gelar dari pemerintah Republik Indonesia sebagai Pahlawan Nasional. Adapun putra daerah nama-nama para pahlawan yang ikut berjuang dan telah berkorban untuk merebut kembali tanah Papua serta mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional adalah Silas Papare, Frans Kaisiepo, Marthen Indey dan Johannes Abraham Dimara (J.A.Dimara).

Selain itu, Bergabungnya Tanah Papua ke NKRI telah dibuktikan melalui Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat) yang berawal Persetujuan New York sebagai dasar hukum Internasional pelaksanaan penentuan nasib sendiri, tidak menyebutkan diberlakukannya prinsip satu orang satu suara “One Man One Vote” dalam Pepera di Irian. Persetujan New York juga telah dibuat sedemikian rupa guna menjamin transparansi pelaksanaan penentuan nasib sendiri dengan memasukan unsur nasehat, bantuan dan partisipasi PBB serta pelaporan PBB kepada masyarakat Internasional melalui Majelis Umum PBB.

Pepera dilaksanakan pada tanggal 15 Juli s.d 02 Agustus 1969 yang diawasi PBB, hasilnya menyatakan bahwa daerah Irian Barat tetap berada dalam wilayah NKRI dan dikukuhkan dengan Resolusi PBB No. 2504 Tanggal 19 Oktober 1969. Indonesia melaksanakan hasil Pepera dengan membentuk Provinsi Otonomi Irian Jaya dan Kabupaten Otonom melalui UU No.12 Tahun 1969.

Dari hasil Pepera tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa Papua merupakan wilayah NKRI dan tidak bisa di ganggu gugat oleh siapapun, tapi masih ada saja kelompok yang masih berambisi dengan status yang tidak dianggap negara ini alias ilegal. kelompok tersebut adalah KNPB (Komite Nasional Papua Barat) mereka mempunyai rencana jahat yaitu untuk memisahkan Papua dari NKRI. Hal tersebut dilakukan karena mereka tidak mengetahui betapa susahnya para pahlawan kita berjuang untuk mendapatkan kemerdekaan.



Untuk itu, marilah kita tanamkan dilubuk hati yang paling dalam tentang jiwa nasionalisme sehingga hal itu dapat kita jadikan sebagai semangat bagi penerus untuk membangun Papua menjadi daerah yang mempunyai potensi dan dapat mempunyai prestasi baik di kanca Nasional maupun Internasional. Oleh karena itu, kita harus lebih mendalami setiap ilmu pengetahuan dan Jangan sekali-kali Melupakan Sejarah (Jasmerah). DT

Sejak Indonesia Merdeka, Papua Juga Ikut di Dalamnya



Perjuangan pembebasan Irian Barat dari tangan penjajah Belanda, memiliki cerita tersendiri dari sisi pelaku sejarah yang masih hidup hingga kini. Beberapa diantaranya bahkan masih dapat mengisahkan proses perjuangan melawan belanda ketika itu.

Pembebasan Irian Barat dimulai sejak kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Bung Karno dan Hatta. Sehari berikutnya, tepat di tanggal 8 Agustus, Soekarno kembali menegaskan perjuangan untuk melawan Belanda di Papua, dengan menekankan bahwa wilayah Indonesia yang diproklamirkan adalah dari wilayah Sabang hingga Merauke.

Tentunya Bung Karno pada tanggal 8 Agustus menegaskan lagi hal itu, karena Belanda tidak akan melepaskan Papua dengan mudah. Kenapa waktu itu Belanda tidak mau menyerahkan Irian Barat? Karena orang-orang yang pro-Belanda di Negara jajahannya ketika akan merdeka, maka tidak mungkin semua akan lari ke Belanda. Jadi Belanda mau jadikan Papua Barat sebagai Belanda baru untuk menampung orang-orangnya nanti, seperti yang telah di katakan sebelumnya oleh tokoh sejarah dari Papua yang berjuang demi pembebasan Irian Barat, yaitu Buce Separa.

Setelah Kemerdekaan Indonesia di Proklamirkan, kemudian pada tgl 31 Desember 1945, warga Papua yang ada di Kota Nikah atau yang sekarang di kenal dengan nama Kampung Harapan, membuat pergerakan untuk melawan Belanda.

Dan saat itu pergerakan sudah ada, dimana semua distrik ini berontak melawan Belanda karena tidak mau Papua terlepas dari NKRI. Kemudian gerakan ini di ikuti diberbagai tempat, mulai dari Biak, Sorong, Manokwari dan seterusnya. Jadi gerakan ini berjalan terus hingga terbebas dari penjajahan Belanda di Papua.

Mereka para anak-anak Papua yang berontak terhadap Belanda ini kemudian sempat melarikan diri dan dilatih serta di persenjatai ketika itu di Paso, Ambon. Kemudian setelah itu mereka yang sudah dilatih kembali ke Irian Barat untuk melakukan Pengacauan-pengacauan melawan belanda. Peluncuran pertama tahun 1954 di bagian selatan Papua, di Teluk Etna namun tak lama kemudian tertangkapn dan di tahan di Boven Digoel. Setelah itu tidak ada lagi peluncuran tetapi kemudian dilakukan persiapan yang lebih matang dengan membentuk kantong-kantong (basis) perlawanan di sejumlah tempat.



Jadi adalah sangat aneh kalo ada orang Papua yang mengatakan Indonesia yang merampok tempat ini. sebeb mereka sendiri yang berjuang mati-matian demi kebebasan Papua dari penjajah Belanda, bahka mereka sendiri yang ingin bergabung dengan Indonesia. Akhirnya pada tanggal 19 Desember pada tahun 1961 di Jogyakarta Presiden Soekarno mengeluarkan Komando Trikora. Jadi ini baru dilakukan setelah semua kantong gerilya terbentuk di daratan Irian Barat. Ini merupakan tahapan perjuangan yang pertama sejak Bung Karno memproklamirkan kemerdekaan dari sabang sampai merauke.

Rabu, 29 April 2015

Demo yang akan digelar KNPB tidak mendapat restu dari pihak Kepolisian

Indonesia merupakan salah satu negara Demokratis, hal ini menyebabkan seluruh warga negaranya bebas mengeluarkan aspirasi atau pendapat, namun semua kebebasan yang dierkan haruslah disikapi secara dewasa oleh setiap individu yang ada di dalam negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi dengan bersikap yang lebih bijak dan dewasa dalam menyalurkan aspirasinya hal ini pun diatur dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang menetapkan bahwa hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan, dan sebagainya, syarat-syarat diatur dalam Undang-Undang, janganlah kita bersifat anarkis dan brutal dalam menyalurkan aspirasinya dalam bentuk apapun terutama pada kita mengikuti demontrasi, karena menggunakan massa dan melibatkan orang banyak.


Berkaitan dengan hal tersebut, menjelang 1 mei yang merupakan salah satu hari bersejarah di Papua, yaitu kembalinya Papua dari tangan belanda yang biasa di kenal dengan hari kembalinya irian jaya ke bingkai NKRI.

Namun momen ini sering di salah gunakan oleh salah satu kelompok anarkis yang menamai diri mereka KNPB dengan menggelar aksi-aksi demo brutal yang sangat sering meresahkan masyarakat, dan menghasut para anak muda papua dengan doktrin-doktrin yang hanya merasahkan sekaligus merugikan masyarakat.

Organisasi ini juga tidak terdaftar sebagai organisasi resmi, atau bisa dibilang organisasi ilegal, pihak keamanan pun sudah menyarankan agar organisasi ini membubarkan diri. Berbagai elemen masyarakat di Papua mengutuk keras aksi demo brutal dan anarkis yang sudah sanagat sering terjadi yang dilakukan oleh KNPB karena demo yang dilakukan KNPB untuk mencoba menarik perhatian masyarakat terhadap isu yang mereka usung tentang kemerdekaan Papua dengan melakukan kegiatan ilegal seperti unjuk rasa yang tidak berijin dan menimbulkan kerusuhan, perusakan, penganiayaan dan gangguan terhadap masyarakat, sehingga setiap kali melakukan aksi demo pihak keamanan selalu melakukan penjagaan ketat, hal tersebut juga atas permintaan masyarakat yang selalu waspada ketika KNPB ingin melakukan aksi demo.

Untuk itu dalam menyambut hari bersejarah yang akan jatuh pada 1 Mei esok, di harapkan kepada saudara-saudari kita agar lebih meningkatkan rasa nasionalisme dan tidak terpengaruh oleh ajakan-ajakan negatif yang hanya akan merugikan.

Selasa, 28 April 2015

Seluruh Dunia Mengakui Papua Adalah indonesia

Seluruh bangsa mengakui papua adalah bagian dari Negara Kesatuan republik Indonesia (NKRI) hal tersebut di ungkapkan langsung oleh salah satu Tokoh papua yaitu Ramses Ohee.

Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera), kembalinya Papua ke pangkuan NKRI telah diakui bangsa di dunia. Baik dari PBB maupun Tokoh Papua, bahkan sekertaris PBB menyaksikan sendiri tentang Pepera dari Merauke sampai di jayapura dan di putuskan di PBB Pada, 2 agustus 1959.

Ditegaskan, pepera tersebut telah memiliki dokumen hingga sekarang masih ada dan masih tersimpan dengan baik. “Dokumen masih tersimpan dan kalau ada yang ingin melihatnya, maka akan saya perihatkan karena dokumen hanya saya yang miliki,

Ramses mengemukakan Pepera kala itu dilakukan sejak tanggal 14 Juli-Agustus 1969. Dari hasil Pepera itu dibahas di badan PBB selama 3 Bulan, yang kemudian 19 November 1969 sekjen PBB menegtuk palu dan memutuskan bahwa Irian Barat adalah milih Indonesia.

Rames Ohee juga sempat mengkritik terbentuknya organisasi Komite Nasional Papua Barat (KNPB) tahun 1962 yang belum mendaftar ke kesbangpol. Ramses juga mengatakan bahwa negara ini adalah negara hukum. Tidak bisa sesuatu dilakukan tanpa ada dasar hukum. Sebab, bila ada yang mengutarakan bahwa, Negara dalam negara maka dikatakan sudah tidak waras dan sebaiknya di bawa ke rumah sakit jiwa.

Untuk itu Ramses Ohee yang juga adalah seorang ondoafi sentani meminta kepada pihak kepolisian untuk tetap melakukan penegakan hukum jika ada yang bertentangan dengan hukum di negara ini. Pada kesempatan itu pula Ramses yang juga sebagai tokoh adat Papua menghimbau kepada seluruh komponen masyarakat di Papua agar mengerti tentang sejarah dan status masyarakat Papua sebagai warga negara Indonesia yang benar. Bagi generasi muda saat ini ditugaskan untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya untuk menjadi pemimpin-pemimpin di bangsa ini, teristimewa di Papua, semua diberikan kesempatan seluas-luasnya oleh Negara Kesatuan republik Indonesia.

Minggu, 26 April 2015

Penganiayayan terhadap warga sipil oleh OPM


Aparat hanya membuat papua semakin resah? Isu ini merupakan isu yang kerap digunakan aktivis OPM dalam usahanya mendapatkan simpati dunia internasional. Perdana Menteri Vanuatu, Moana Carcasses Kalosil, salah satu sponsor utama pergerakan OPM di luar negeri pernah menuduh Indonesia melakukan Genosida di Papua dalam forum Sidang tahunan Dewan HAM PBB di Jenewa, maret 2014 lalu. Genosida dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pembunuhan besar-besaran secara berencana terhadap suatu bangsa atau ras, apakah hal tersebut terjadi kepada orang Papua? Tentu kita semua sudah tahu jawabannya.

Namun sampai saat ini justru sebaliknya, kita bisa lihat dari beberapa pemberitaan yang sduah ada, apalagi baru-baru ini di beritakan di salah satu media lokal Papua, yaitu mantan kepala satpol PP Jayawijaya Jefry Soisa yang dianiayaya oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang di pimpin oleh Yusak Tabuni.

Kejadian tersebut berawal pada pukul 09:00 WIT saat Jefry Soisa dan 7 orang temannya hendak memancing di kampung Terubaga, distrik Piramid, Kab. Jayawijaya. Nahas bagi korban, sekitar pada pukul 11.30 WIT korban dan rekannya tiba-tiba dikepung dan digeledah oleh Yusak Tabuni bersama 30 orang anak buahnya. Tidak hanya itu, mereka merampas barang-barang berharga milik korban. Tidak hanya itu, korban juga di pukuli, diikat, dan dibuang ke dalam kolam, korban dan temannya-temannya juga sempat disekap di gorong-gorong.

Kejadian ini benar-benar membuat warga kampung Tarubaga ketakutan. Di duga aksi ini dilakukan oleh KKB lantaran ketersediaan perbekalan kelompok tersebut sangat terbatas, hingga mereka turun dari hutan ke perkampungan warga untuk mengambil perbekalan warga kampung (merampok).

Sampai sekarang, kasus ini masih di selidiki oleh aparat, warga kampung sendiri meminta kepada pihak keamanan untuk mengejar para pelaku, agar tidak meresahkan warga lagi.

Menanggapi permintaan warga, pihak keamanan langsung melakukan pengejaran terhadap para pelaku tersebut.

Dari kejadian ini kita bisa semakin membuka mata kita, bahwa siapa sebenarnya yang melanggar HAM dan meresahkan warga, kita tahu bahw kelompok OPM ini sudah sangat sering meresahkan warga, diharapkan warga juga bisa bersama-sama pihak keamanan untuk memberantas kelompok ini.

Selasa, 21 April 2015

Kalau Papua Meredeka Terus Mau Ngapain ???

Mungkin karena merasa tidak mendapatkan keadilan, sebagian kecil warga Papua memilih jalan hidupnya untuk menjadi oposisi Pemerintah. Dalam waktu yang tidak sedikit, Papua merdekapun mereka suarakan demi memperjuangkan keinginan mereka agar Papua dipisahkan dari NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Perjuangan mereka lakukan dengan berbagai cara, mulai dari hanya sebatas aspirasi pemikiran dan perpolitikan, bahkan hingga melalui jalur kekerasan dan peperangan. Oleh karenanya, tidak heran bila selama dekade perlawanan mereka selama ini, korban yang berjatuhanpun tidak sedikit, baik dari pihak mereka, pihak pemerintahan (aparatur negara) ataupun bahkan dari pihak warga sipil yang tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa.

OPM (Organisasi Papua Merdeka), KNPB (Komite Nasional Papua Barat), ULMWP dan organisasi-organisasi lain sejenisnya, mungkin cukup santer menjadi salah satu isu masalah negeri ini yang sering didengar. Organisasi-organisasi tersebut merupakan wadah bersama mereka dalam meyatukan pendapat dan keinginan. OPM bergerak dalam bidang kekerasan dan persenjataan, sedangkan KNPB dan ULMWP bergerak dalam bidang perpolitikan. Semua organisasi-organisasi itu, bergerak dan berjuang demi tujuan mereka yang satu, yakni Papua Merdeka.

Propaganda-propagandpun cukup masiv mereka suarakan, kekerasan dan penganiayaan serta pembunuhanpun cukup giat merela lakukan. Semua itu mereka lakukan, tidak lain hanya demi mencapai keinganan mereka, memisahkan Papua dari NKRI.

Untuk mengatasi mereka, negeri inipun harus menanggung banyak kerugian. Tidak sedikit biaya yang harus terhambur percuma karena mereka, tidak sedikit nyawa harus melayang karena mereka.

Apakah tujuan mereka yang sebenarnya ? Apa yang mereka pikirkan tentang kemerdekaan ? Kalau seandainya Papua sudah merdeka, lalu apa yang mau mereka lakukan ???

Mampukah mereka melebihsejahterakan warga Papua dari apa yang sudah dicapai sekarang ? Mampukah mereka membangun Papua lebih dari apa yang sudah terbangun sekarang ?

Apa yang sudah mereka siapkan ?

Apakah mereka fikir bahwa membangun sebuah negeri itu mudah ? Alih-alih mereka ingin Papua merdeka nan sejahtera, mereka justru malah akan membuat warga Papua semakin jatuh dan terpuruk.

Memerdekakan Papua tidaklah harus melalui proklamasi, namun memerdekakan Papua adalah dengan bangkit secara bersama-sama. Marilah kita bangun Papua, bangkit sejahtera secara bersama-sama. Semoga saja, mereka segera sadar dari apa yang sedang dan telah mereka lakukan selama ini

Selasa, 14 April 2015

Mahasiswa Papua Gelar Ritual Bakar Batu di Kaki Gunung Merapi

Kaki Gunung Merapi menjadi saksi bertemunya dua tradisi dan kebudayaan masyarakat yang berbeda. Namun atas nama sesama anak bangsa, perbedaan itu tak menjadi penghalang untuk keduanya saling bergandengan tangan, tersenyum dan bersaudara.

 
 
                                                                                                                                                                          Syukuran

Acara bakar batu ini digelar sebagai ucapan syukur atas suksesnya para mahasiswa magang di Dusun Sumberan. Selain ucapan syukur, acara bakar batu juga sebagai upacara perpisahan dengan warga desa yang selama 16 hari telah menerima mahasiswa asal Papua ini.

Ratusan mahasiswa asal Papua melakukan gelar budaya bakar batu lereng Gunung Merapi, Dusun Sumberan, Candibinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Berbeda dengan di Papua, bakar batu di Sleman tidak menggunakan babi tetapi ayam.

"Di Papua kami masak babi, tapi karena di Yogyakarta kami menyesuaikan, jadi kami ganti dengan ayam, supaya semua bisa makan," kata koordinator rombongan mahasiswa dari Sekolah Tinggi Pertanian Jaya Pura, Papua, Aminus Kogoyo.

Meski dengan bahan utama berbeda, tetapi penggunaan bahan pembuatan tetap sama. Mereka membakar batu dengan menggunakan ranting dan membakarnnya. Saat pembakaran, mereka menyanyi dan menari khas Papua. Setelah batu panas, digunakan untuk memasak ayam dan umbi-umbian.

Menurut Aminus, kegiatan ini sebagai ungkapan rasa syukur dan perpisahan karena selama 16 hari sebanyak 152 mahasiswa Papua tinggal di Dusun Sumberan, Candibinangun, Pakem, Sleman. "Kami ingin merayakan perpisahan dengan warga di sini setelah kami live in,"jelasnya.


"Ini acara syukur dan ucapan perpisahan. Kami telah diterima dan menjadi saudara warga di sini. Kami selesai tanggal 15 April besok," kata Haminus.


Menurut Haminus, selama 16 hari para mahasiswa dari Papua yang berjumlah 151 dapat merasakan masakan khas warga kaki Gunung Merapi ini. Karenanya, dalam acara bakar batu ini, para mahasiswa ingin melayani warga dengan membuat makanan yang dimasak dengan cara adat Papua.


“Penghormatan kami terhadap warga di sini, bakar batu. Kami pasti akan merindukan keluarga di sini," ucapnya.


Sekitar satu jam kemudian, semua tumpukan daun dan batu-batuan dibuka. Tampak ubi dan daging ayam serta sayuran sudah matang. Para mahasiswa Stiper Jayapura pun mulai menyuguhkan makanan tersebut kepada para warga. Tampak beberapa warga tak sabar ingin mencicipi masakan khas Papua itu.


"Ini kita suguhkan dan nanti makan bersama dengan warga," pungkas Haminus.

Kaki Gunung Merapi menjadi saksi bertemunya dua tradisi dan kebudayaan masyarakat yang berbeda. Namun atas nama sesama anak bangsa, perbedaan itu tak menjadi penghalang untuk keduanya saling bergandengan tangan, tersenyum dan bersaudara.


Ini membuktikan bahwa dari sabang sampai merauke adalah satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan lagi. Masyarakat Indonesia memang harus bersatu padu untuk membangun bangsa ini, dan di harapkan tak ada lagi konflik-konflik berkepanjangan seperti yang sering terjadi selama ini.

Sumber: kompas.com

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites